Selasa, 23 Februari 2010

Give Or Get Love

Which one you choose between give love to someone or get love from someone??


This question often to be my topic when my friend and me were having talk. Most of them my friend always think that she choose get love from someone than give love to someone


When i asked her, she answered that “ there are many probability to love someone eventhough we never love him before”


I think it was a good idea, the right answer...


But I felt i dont have the same way with her...


I think I choose give love to someone...


I have any reason to choose that answer, I think it doesnt matter if we love someone or someone love us. But I think I may not give up to get my lover.


I think If we love someone we must confessed our feeling


If he or she doesnt concerned our feeling, I think we have more gambatte *do our best*


But, when we think we dont have any probability to make her/him our lover


Sometimes we must give up to make him/her our lover because love doesnt need to make our own


Just love, just loyal and just care...


Because what will we think or what will we do always give something to us...

Minggu, 21 Februari 2010

You Are My Shinning Star

I have thought that I just ordinary girl

I always be commoner

And I always want to be nothing special for enyone

But when I knew about You

I don’t know why but i felt something strange

I felt I want to be special

I think I have to change something in my self

Because I want to know who really I am

I want to You more and more

Eventhought I don’t know everything in your heart, your mind

But I always never get up to be side with You

Now and Foverer.

Sabtu, 13 Februari 2010

Aku, Kamu dan Dia Part 1

Aku tak tahu apakah tindakanku ini benar atau salah, hanya saja aku melakukan hal sesuai dengan kata hatiku. Aku tak bermaksud mengkhianatinya, memfitnahnya apalagi berbuat jahat padanya. Aku hanya ingin bersikap apa adanya sesuai dengan posisiku, sebagai teman dan rival.

Aku tak tahu kalau sifat ini suatu saat akan menyakitimu dan dia. Meski kujelaskan dengan beribu kata kau pasti tak akan menerimanya karena mata dan hatimu memang sudah tak mau melihat dan menerimaku.

Seperti biasanya selesai pulang kuliah, aku selalu pulang ke asrama. Aku tak pernah menyibukkan diriku di kampus seperti halnya kebanyakan temanku. Mungkin aku bukan tipe outdoor melainkan tipe indoor, namun bukan berarti aku anti sosial.

Kulihat message di ponselku seperti biasa selalu kosong, kalau pun tak kosong pasti terdapat message dari teman-teman kuliahku yang menjarkom (jaringan komunikasi) kalau ada sesuatu yang penting dan karena alasan itulah aku secara berkala membuka ponselku.

Kuletakkan tas punggungku di meja belajar dan aku segera mengganti pakaian kuliahku dengan pakaian yang biasa kupakai di kamar asrama ini. Kamar ini cukup luas jika hanya untuk diriku. Memang kamar ini didesain untuk ditempati dua orang. Aku tak tahu entah kenapa sampai hari ini hanya aku saja yang menempati kamar ini. Kata bapak pengurus asrama, teman sekamarku masih belum ada. Mungkin nanti suatu saat jika ada mahasiswa lain yang mendaftar maka ia menjadi teman sekamarku.

Aku menghela napas panjang sambil melihat langit-langit temat tidur di atasku. Model tempat tidur di asrama ini memang bersusun dan aku tentu saja tak mau tidur di tempat tidur di atas.
Ponsel yang kuletakkan di dekat tempat tidurku bergetar. Dengan malas aku pun meraihnya.

Terdapat sebuah message dari Bayu, teman SMAku.

Hai

Melihat messagenya yang cuma berisi kata ‘Hai’ membuatku tersenyum.

Ada apa sih nih anak? pikirku dalam hati.

Jemariku mengetikkan balasan messagenya dengan cepat.

Kenapa? Tumben SMS?

Tak berselang ponselku kembali bergetar

Gpp. Cuman pengen tahu kabarmu aja. Gimana kuliahnya?

Aku pun membalas messagenya kembali

Hem, baik aja. cm ada 1 matkul yang mengenaskan... T.T masa tiap kuis yg 5 menitan ak dapet
telur ceplok. Gimana nih.... T.T

Smsan kami pun berlanjut hingga beberapa kali.

Bayu memang sangat ramah pada semua orang tanpa terkecuali, tipe orang yang selalu bekerja
keras dan bertanggung jawab. Dia memiliki reputasi yang bagus untuk setiap orang. Baik, ramah dan selalu konsisten pada hal apa pun.

Aku selalu ingin menjadi orang seperti Bayu yang bisa ramah pada semua orang, yang bisa memperlakukan orang lain dengan layak dan ia sensitif terhadap perasaan teman-temannya. Berbeda dengan diriku yang selalu terpaku pada duniaku sendiri, selalu merasa kesepian meskipun aku telah memiliki banyak sahabat dan tak bisa mempercayai orang lain seperti orang lain mempercayaiku.

Aku menyukai pribadi Bayu, menyukai setiap sikap yang selalu dia tunjukkan padaku namun aku tak tahu terkadang aku sedikit cemburu saat Bayu bersikap hal yang sama pada cewek lain selain aku. Aku memang menyukai Bayu tapi aku tak tahu perasaan apa yang ada di hatiku.

Cinta?

Pasti bukan!

Aku yakin kalau perasaan ini bukan cinta, mungkin ini perasaan sahabat yang takut sahabatnya
diambil orang lain? Mungkin sama seperti perasaan anak kecil yang takut mainannya terambil orang lain.

Entahlah aku juga tak tahu, tapi aku yakin perasaan ini bukan cinta.

Sebab kalau aku mencintai, aku tak mungkin bisa menjadi sahabatnya. Dialah orang yang paling aku percayai, sebelum aku bisa mempercayai orang lain. Dialah orang yang paling aku andalkan sebelum aku bisa mengandalkan orang lain. Bagiku dia segalanya, sahabat, teman dan orang yang aku kagumi tapi bukan sebagai seorang kekasih.

Aku tak tahu sampai kapan perasaan ini akan terus berlanjut.




Rabu, 10 Februari 2010

Ai, Love, Cinta (Fiktif) Part 4

Boleh Santai Asal Tahu Waktu

Jumat, pukul tiga sore

Anna yang minggu ini nggak berniat pulang ke Malang memutuskan untuk bersantai di asrama. Dia langsung duduk di depan televisi sambil menyantap sebungkus keripik singkong yang dibelinya di Kopma Asrama.

“An, ngerjain PR riset operasi yuk?”

Chaca mengajak Anna yang biasanya rajin mengerjakan PR

“Ah, males..ntar malem aja. Lagian dikumpulkan hari senin kan?”

Jumat, pukul tujuh malam

“An, ngerjain RO (riset operasi) ?” Chaca kembali mengajak

“Ntar aja... aku lagi ngenet nih...”

sekarang Anna emang lagi browsing sambil chating sama temen SMAnya

“Huuuft” Chaca menghela napas panjang

Chaca pun mengikuti Anna yang melakukan browsing ke sana sini nyari informasi nggak penting dengan laptop Acernya

Beberapa menit berlalu

“Na...?”

“Nggak ngerjain RO?” potong Anna sebelum Chaca melanjutkan kata-katanya

“Nggak kok, temenin aku fotocopy di bawah dong” pinta Chaca

“Besok aja lho Cha, malem nih dingin... “ Anna selalu punya alasan untuk menolak

Keesokan harinya karena kemarin Anna dan Chaca begadang buat ngenet, alhasil mereka pun tidak bisa bangun seperti biasa.

“Na, udah jam sepuluh nih...” Chaca membuka selimut Anna

“Masih ngantuk Cha...” Mata Anna terlihat memerah

Chaca kembali menarik napas

Akhirnya Chaca pun mengerjakan soal riset operasi itu sendirian tanpa ditemani Anna. Chaca sedikit kesulitan dengan soal-soal berbahasa Inggris itu, dia bolak balik membuka ponselnya karena di dalamnya terdapat aplikasi translater.

Sekitar pukul dua belas siang karena kecapekan mengerjakan soal sejak jam sembilan dan cuman dapat mengerjakan 2 soal, Chaca pun memutuskan berhenti dan beristirahat sejenak sambil menemani Anna yang lagi menonton drama Jepang di dvd yang baru aja dibelinya.

Sekarang Anna memang sudah bangun tapi lagi-lagi ia tetap santai, Chaca udah capek mengingatkan Anna untuk mengerjakan riset operasi. Detik berjalan, menit berlalu dan jam demi jam berguguran tanpa sadar saat mereka menonton drama dan karena terlalu lama menonton drama hingga terasa sangat membosankan mereka pun tidur kembali.

Seperti itulah waktu-waktu mereka habiskan dari hari sabtu sampai minggu jam delapan malam.

“Cha, besok ada tugas apa?” tanya Anna sambil meminum jus alpokat yang baru saja dibelinya di kantin asrama

Chaca yang saat ini sedang mengunyah makanannya membutuhkan waktu beberapa detik sampai menelan makanannya kemudian meminum jus semangka kesukaannya.

“Riset operasi, Na. Ada sepuluh soal”

“Oh...” Anna hanya ber-oh saja tanpa ekspresi

Setelah selang beberapa menit berlalu dan menghabiskan waktu makan mereka, akhirnya Anna dan Chaca pun bersiap belajar.

“Lho?”

Anna terlihat sedikit terkejut

“Ada apa, Na?” tanya Chaca yang sibuk mempersiapkan buku-bukunya untuk belajar

“Soalnya kok bahasa Inggris, sih?”

Saat ini Anna tampak shock

“Kamu nggak tahu Na kalo soalnya berbahasa Inggris?” Chaca malah terlihat lebih terkejut

Anna mengangguk dengan wajah innocent

“Haaah?!”

Chaca bengah dan melongo dengan mulut yang terbuka lebar kalo saja ada lalat pasti bisa masuk tuh lalat dengan mudah.

“Gimana nih? Aku belum ngerjain sama sekali lagian soalnya keliatan sulit?!” kini tinggal Anna yang tergopoh-gopoh

“Mau gimana lagi juga baru ngerjain sampai nomor dua!” tukas Chaca

“Begadang nih”

Anna terlihat tak rela

“Mungkin”

Akhirnya dua orang itu melewatkan malam itu tanpa tertidur, beberapa kali Anna jatuh tertidur tapi Chaca segera membangunkannya dengan segala cara.

Pagi harinya, jam tujuh pagi.

“Muka kalian kayak panda” Berlin memberi tahu karena daerah di sekitar mata Anna dan Chaca tampak hitam karena aksi bedagang mereka

Weekend ini Berlin tinggal di rumah saudaranya di Surabaya jadi dia nggak ikut aksi Anna dan Chaca.

“Kami ngerjain soal riset operasi tanpa tidur” sahut Anna dengan suara parau

“Hah?” Berlin tampak terkejut

“Emangnya kamu udah ngerjain Lin?” tanya Anna

“Belum!” Berlin menjawab santai

“Kok belum?” tanya Anna dan Chaca bersama-sama

“Habis ibunya ngomong nggak dikumpulin sih, cuman dibuat tugas belajar aja”

Dengan segera mata Anna dan Chaca membesar.

“Kenapa nggak bilang!” tukas mereka kembali bersamaan

“Kapan kalian tanya padaku” jawab Berlin enteng

Akhirnya perjuangan Anna dan Chaca yang begadang semalam suntuk sedikit sia-sia, kalau saja mereka mengerjakan tugas itu di sela-sela waktu luang mereka yang selalu mereka buat main mungkin mereka nggak akan perlu begadang.

Dan kata-kata yang berkenang di pagi yang cerah ini untuk Anna adalah “Boleh santai asal tahu waktu!”

Selasa, 09 Februari 2010

Griyo Ijo Part 1

Prolog


Rumah dengan gaya arsitetuktur jawa tempo dulu dengan teras depan yang begitu luas tampak mencolok di antara bangunan-bangunan rumah meah di kawasan itu. Bangunan yang berdiri sejak zaman penjajhan itu memang mengalami puluhan renovasi sana sini, namun sang pemilik dari tiap generasi tetap mempertahankan keaslian rumah yang di sebut Griyo Ijo.

Seorang lelaki berumur sekitar tiga puluh tahunan mendekati rumah itu.

“Ternyata tidak berubah....” gumamnya dengan suara bergetar.

Rasa rindu akan kehangatan rumah itu telah merasuk ke dalam sanubarinya. Patahan memori demi memori mulai terangkai saat pertama kali ia menginjak rumah itu. Rumah yang di tempatinya saat ia masih remaja.


Crazy Psyco Poem

I hate if u too care to another girl

i hate until i want to kill another girl in the world, so u will just look at me.

I dont knw why do i become too possesive about u.

My love to u make my eyes balind, make my heart cold and make my brain so crazy.

If i can i want to lost that feeling until my mind blank,my heart so empty n i lost my memory so i cant hate another people.

I look like arrow, which fly without purpose, i can hurt another people without know she or he is my friend or my rival or he is u.

Loving u make Me lost who am i,and i forget a reason why i love u.

I can't lie in front of u, i lie if i can calm down, if i dont give u attention if u beside another girl althought u just talk,just give her smile.

I know that my feeling just give u burden. It is my true feeling about u, my crazy feeling want to be u become my own.

I know u never have love to me, i understand if u give me attention like if u give attention to another girl.

I know that u just seek a place to calm down, u seek a peace place who never give u burden.

But dont u know if u think that place is me, u got wrong. In the reality, i never give u peace place to calm down

In my heart so dark with my jealousy, but i hide that feeling cz i dont want lost u

I hope u r my first n my last boyfriend now n forever.

I can lost my self if u want to lost me, i can hide my jealousy, my anger if u want to me be calm down.

U are my one n the only one in my hear

Sweet Vanilla Prolog

Bau anyir dari cairan merah di dalam tubuh yang mengandung unsur padat dari eritrosit, trombosit dan leukosit serta sebuah plasma dan bunga mawar putih yang kelopaknya berubah merah, membaur menjadi satu, serta air kran yang mengalir deras dengan tatapan kebenciaannya padaku selalu membuatku ketakutan. 

Aku selalu gemetar ketakutan saat bayangan itu tiba-tiba menyeruak dalam otakku. Bayangan itu seperti hal yang terus dan menerus mengejarku seperti hantu yang gentangan.

Saat aku berlari ia berhenti namun saat aku berpikir hal itu mungkin telah hilang dalam ingatanky tiba-tiba ia kembali menyerang, menyerangku tanpa ampun. Aku tak tahu kenapa semua itu terjadi, aku juga ingin bertanya kenapa semua bisa terjadi namun sampai kini pun aku tak bisa mencari jawabnya, karena itu aku melarikan diri. Melarikan diri dari semua hal yang membuatku merasa kehilangan.

Semua yang ada harus kutinggalkan, semua kebahagiaan yang kudapat harus kubayar mahal dengan pengorbanan. Meski begitu dalam hati aku masih tetap bahagia, bahagia karena aku melihat orang yang kusayangi juga bahagia.


When The Prince just Look at the Witch

Siapa yang tak mengenal Rossa, cewek yang sering menjadi buah bibir siswa SMA Nusantara. Tidak hanya memiliki wajah cantik tetapi juga memiliki prestasi akademik yang cukup cemerlang. Namun satu hal yang membuatnya dibenci oleh kebanyakan cewek di SMAnya yaitu sifat seenaknya pada Titho, cowok yang setahun ini jadian dengan Rossa.  

“Tadi aku kan sudah bilang, kuahnya dikit aja...nggak pake bawang goreng trus nggak pake tahu!” tukas Rossa di kantin sekolah yang cukup ramai.

Titho hanya diam saja saat Rossa memarahinya. Beberapa pasang mata menatapnya dengan sinis namun Rossa tetap tak mempedulikan tatapan itu. 

“Bego banget sih...” Rossa beranjak dari tempat duduknya.

“Ros, baksonya nggak dimakan?” tanya Titho 

“Makan aja sendiri. Nafsu makanku udah hilang” tukas Rossa sambil berkacak pinggang

Beberapa anak yang melihat adegan itu simpati kepada Titho, terutama Nadya. Ya, cewek yang jadi teman sekelas Titho saat kelas sebelas dulu selalu bersikap care pada Titho.

“Rossa lagi bete mungkin, makanya dia nggak mau makan” kata Nadya yang langsung duduk di samping kursi Titho. Titho menghela napas panjang.

“Ngomong-ngomong...”
Nadya membuka obrolan
“Apa?” Titho bereakasi

“Hari minggu datang ya di pertandingan basket, SMA kita melawan SMA Garuda” ajak Nadya yang memang menjadi anggota klub basket. Posisinya dalam tim adalah sebagai centre. 

“Oke” Titho menjawab

Dering bel tanda berakhirnya jam istirahat tengah mengalun dengan merdu, Nadya dan Titho pun kembali ke kelas mereka masing-masing. Nadya satu kelas dengan Rossa di kelas XII IPA 1 sedang Titho di kelas XII IPA 5. 

Titho datang ke pertandingan basket cewek SMAnya melawan SMA Garuda di lapangan basket SMA Garuda. Tak banyak suporter dari SMAnya. Kebanyakan yang menjadi suporter itu adalah teman-teman Nadya di kelas XII IPA 1. Mereka cukup terkejut dengan kehadiran Titho tanpa Rossa. Maklum selama ini Titho jarang terlihat tanpa adanya Rossa di sampingnya.

“Mana si ratu egoismu itu, Tith” ledek Sari disambut tawa sinis beberapa anak.

“Maksud kalian?” Titho tak mengerti

“Masa sih nggak kenal sama istri sendiri” sindir Sari lagi

“Rossa?” tanya Titho pendek

“Ya iyalah masa ya iya dong dasar ndongndong” 

Sepertinya Sari sangat membenci Rossa, gara-gara peristiwa saat kelas sepuluh yang menggegerkan kelas. Saat itu Sari masih berteman akrap dengan Rossa, Sari pun sering curhat masalahnya secara pribadi. Dan yang menjadi rahasia terbesar adalah perasaan sukanya pada Rega yang saat itu menjabat ketua kelas. 

Rossa memang dekat dengan Rega karena dulu mereka satu SMP. Saat itu entah kenapa dan tiba-tiba, Rossa mengatakan pada Rega kalau Sari menyukai Rega. Tentu saja Rega yang hanya menganggap Sari tak lebih dari seorang teman jadi tak nyaman sehingga saat pulang sekolah Rega mengajak Sari berbicara empat mata di taman belakang.

Rega bilang kalau ia tak bisa menyukai Sari dan ia hanya menganggapnya sebagai teman tidak lebih dari itu. Selain itu juga ia bilang kalau saat ini memiliki seorang pacar. Tentu saja perempuan mana yang tak sakit diperlakukan seperti itu oleh cowok yang disukainya. Apalagi tanpa persiapan.
Saat itu Sari berusaha tegar namun setelah kepergian Rega ia menangis sejadi-jadinya dan disaksikan oleh beberapa teman sekelasnya. Sari bingung kenapa Rega bisa tahu kalau ia menyukainya. Dan saat itu dengan wajah innocent Rossa bilang kalau dialah yang mengatakan pada Rega kalau Sari menyukai Rega. Hati Sari pun terbakar ia pun menampar Rossa, tak terima dengan tamparan Sari, Rossa pun menampar balik dan peristiwa itu sempat menjadi berita utama di gosip sekolahnya. 

“Rossa lagi nggak enak badan”

“Yang bener aja ular betina itu bisa sakit juga, nggak nyangka deh. Atau dia lagi pura-pura sakit karena takut kulitnya jadi item kena matahari?” 

Sontak beberapa anak pun tertawa. 

“Aku nggak tahu seburuk apa hubunganmu dengan Rossa, tapi masa lalu biarkan sebagai masa lalu. Kalian nggak bisa selamanya bertengkar terus”

“Seharusnya kau ngomong gitu ke ratu egois itu tahu, bukannya ke aku!” 

Titho menghela napas panjang, ia tahu kalau ia meladeni omongan Sari nggak akan ada habisnya. Ia pun memilih mengalah dan duduk menyaksikan pertandingan. 

Pertandingan berakhir dengan skor kemenangan di SMA Garuda. Agak disesali memang. Tapi pertandingan itu cukup sengit perbedaan skor hanya dua poin karena masing-masing tim tak ingin kalah dengan mudah. 

“Maaf ya kau jadi melihat pertandingan yang memalukan” kata Nadya dengan wajah yang masih tetap menyesal kenapa ia tak bisa menjaga lawannya di detik-detik terakhir.

“Nggak juga kok, pertandingan yang cukup bagus. Karena kekalahan bukan merupakan kegagalan” kata Titho bijak.

“Nad, kita balik dulu ya... yang semangat ya Nad!” beberapa temannya tersenyum. Senyuman itu disambut dengan senyuman tipis.

“Tunggu sebentar aku mau ganti baju dulu. Ada hal yang pengen aku katakan” kata Nadya yang berlari ke ruang ganti.

Titho pun menunggu, ia menunggu di gerbang SMA Garuda dengan motornya. 

“Maaf lama” Nadya balik dengan tergesa-gesa.

“Nggak apa-apa” jawab Titho yang kemudian turun dari motornya.

“Hmm” Nadya pengen mengatakan sesuatu.
“Aku nggak tahu harus ngomong dari mana, tapi satu hal yang ingin aku katakan adalah aku suka kamu” 

Singg... tak ada jawaban.
Tubuh Nadya tampak gemetar karena nervous. 

“Maaf aku tak bisa menyukaimu”
seketika itu air mata Nadya mengalir dengan deras. Dan itu membuat Titho kelabakan. 

“Maafkan aku!” ulang Titho sekali lagi.
Dan itu membuat Nadya semakin sakit. Titho mengambil mengambil sebuah sapu tangan dan memberikannya pada Nadya. 

Dan tepat saat itu Sari memotret adegan tersebut. Adegan itu terlihat Titho seperti ingin mencium Nadya dari sudut dimana Sari memotret. 

“Bagus juga nih kalo dikirim ke ratu egois itu” Sari pun segera mengirimkan foto ke itu ke nomor Rossa.
Nadya terus menangis, mau nggak mau Titho dengan sabar menunggunya. Ia tak habis pikir cewek yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri itu menangis karena menyukainya.
“Maaf ya aku menyusahkanmu hari ini” kata Nadya yang udah capek menangis. 
Titho hanya menghela napas panjang sambil memandangi awan.
“Apa maksudnya semua ini?” tukas Rossa yang tiba-tiba muncul di hadapan Titho dan Nadya.
“Rossa?” ucap Nadya dan Titho bersamaan. Rossa pun berlari meninggalkan tempat itu.
“Maaf. Aku harus...” namun ucapan Thito dipotong Nadya
“Aku mengerti, cepat sana pergi” 
Titho pun pergi. Nadya menghela napas panjang.
“Menjadi baik dan cantik saja tidak bisa mendapatkan hati sang pangeran karena hatinya telah menjadi milik penyihir” 


When I Love You Part 3

Bab 2

Sang dewi malam hadir di antara gemerlap cahaya bintang-bintang yang bersinar di jagad raya tanpa batas. Cahaya bintang-bintang seolah tertutupi oleh kharisma kecantikan sang dewi malam yang mendapat sinar dari sang raja siang. Dewi malam yang tampak mencolok di antara sinar-sinar kecil para bintang berjalan dengan anggun.

 Aster berdiri di depan jendela kamarnya. Ia duduk di jendela yang selalu ia buka dan entah kapan ia memutuskan untuk menutupnya. Matanya menatap sebuah rumah yang berada di seberang jalan yang tampak gelap seperti rumah hantu. Rumah yang cukup besar tanpa seorang penghuni satu pun. Matanya yang sejak tadi menatap jauh ke sebuah kamar yang berhadapan langsung dengan kamarnya kini beralih menatap sang dewi malam.

Jika perasaan yang hampa ini bukan rasa rindu
Lalu apakah arti kata rindu itu?
Jika perasaan yang membuat air mata metes ini bukan patah hati 
Lalu apa arti kata patah hati?
Jika waktu berjalan seperti mengetik di komputer 
Maka aku ingin meng-undo waktu di saat kau bersamaku
Dan akan kukatakan bagaimana perasaanku saat itu
Jangan menghukumku karena kebohongan yang selalu meluncur di bibirku 
Karena kebohongan itu kuucapkan agar kau tetap menatapku
Andai kutahu setelah kepergianmu hatiku sedingin salju
Aku memilih untuk tak pernah mengenalmu dan mengerti apa itu cinta...

Karena kini aku tahu perasaan cinta ini hanya membuat ruang kosong seperti ruang hampa di jagad raya yang tiada batas

“Lagi-lagi duduk di jendela”
seorang gadis remaja yang tampak lebih muda dari Aster muncul di balik pintu kamar dan menghampiri Aster yang duduk di mulut jendela.

“Kakak lagi liat bulan kok”
Aster berdalih untuk menyembunyikan perasaan yang ada di hatinya saat ini.

“Udara malam nggak baik buat tubuh nanti kakak masuk angin, lho. Jendelanya ditutup aja, kak”

“Iya, adikku sayang!. Cepat sana bobok udah malam” Aster menghampiri adiknya dan mendorong adiknya untuk menuju kamarnya sendiri.

“Uh, kakak sendiri nggak tidur malah nyuruh aku tidur duluan” adiknya menolak

“Bentar lagi kakak juga bobok kok, hoamm” Aster berpura-pura menguap.

“Lebih baik kakak ngelupain cowok brengsek itu. Sampai kapan pun ia nggak akan datang. Kakak sendiri tahu kan kalau dia udah ngekhianatin kepercayaan kakak. Kakak terlalu baik untuknya...” 

“Sst”
jari telunjuk Aster menyentuh bibir adiknya

“Kakak tahu apa yang harus kakak lakukan” Aster tersenyum

Sang adik menatapnya dengan penuh simpati. Ada rasa bersalah yang sedikit melukai hatinya. Ia menyesal karena telah mengingatkan rasa sakit hati kakaknya yang saat ini belum juga sembuh meskipun waktu telah berjalan hampir setahun. 

Sang adik tiba-tiba memeluk Aster. Dalam pelukan Aster air matanya mengalir deras meskipun ia menangis tanpa suara. Tubuhnya bergetar hebat. Aster tak bisa melakukan apa-apa selain menepuk bahu sang adik untuk menenangkannya. 

Lagi-lagi aku membuat khawatir. Sudah cukup bagiku untuk bersikap egois, ia yang telah pergi tak mungkin pernah kembali dan meskipun ia kembali ia kembali bukan untukku, ucap Aster dalam hatinya. 

Aster menghela napas panjang dan berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan berubah. Ia berjanji untuk melupakan kepergian orang itu dan tidak membuat siapa pun khawatir.

Aster berjalan menyusuri koridor ruang kelas XII di sekolahnya. Tak biasanya Aster berjalan di koridor kelas XII karena kakak-kakak senior selalu menatap murid kelas XI dengan pandangan apatis namun karena suatu alasan ia memutuskan untuk melewati koridor kelas XII. Jam tangan hadiah dari papanya saat ulang tahun ke enam belas menunjukkan pukul 06.40. 

Hari ini Aster berangkat dua puluh menit lebih lama daripada biasanya. Hal ini terjadi karena kemarin malam Aster menangis semalaman. Di balik wajahnya yang kalem dan terkadang dingin dan pembawaan yang tenang itu sebenarnya Aster sama seperti gadis biasa yang bisa menangis karena cinta. Dan sejak hari ini pula Aster bertekad bahwa kemarin malam adalah air mata terakhir yang ia teteskan untuk kepergian orang itu. 

Aster berjalan dengan menundukkan kepalanya karena matanya sedikit bengkak. Untung saat di rumah papa, mama dan adiknya tidak menyadari perubahan wajah Aster karena saat di rumah ia juga menunduk. 

Drap drap...

Terdengar suara hentakan kaki yang setengah berlari berlawanan arah dengan Aster. Aster yang setengah melamun ditambah lagi berjalan dengan menundukkan kepalanya tidak menyadari kehadiran orang di depannya. Akibatnya Aster bertabrakan dan terjatuh. Lawan tabrakannya juga sepertinya ikut terjatuh karena keseimbangan yang kurang terjaga. 

“Brengsek kalau jalan liat-liat dong!” tukasnya sambil berdiri tanpa membantu Aster sebelumnya.

Aster yang terjatuh pun segera berdiri dengan kemampuannya sendiri. Dan sedikit membungkuk untuk meminta maaf, “Maaf, kak”



Visitor simegs

free counters