Senin, 08 Februari 2010

When I Love You Part 2

Bab 1

Raja siang tepat berada di atas kepala. Sengatan yang penuh dengan keangkuhannya terasa membakar kulit epidermis. Dan membuat cuaca hari ini begitu cerah dan melenyapkan awan hitam yang biasa datang tanpa diundang. Angin berhembus sepoi-sepoi menggerakkan dedaunan hingga seolah sedang berbisik. Bisikannya seolah mengatakan jangan salahkan sang raja siang bila cuaca panas karena dengan adanya dia aku tumbuh dengan baik dan sebagai gantinya berteduhlah di bawahku karena aku akan melindungimu.

Seorang gadis berusia sekitar tujuh belas tahunan yang memakai seragam putih abu-abu lengkap dengan dasi dan sepatu vantofel duduk di bawah rindangnya pohon beringin. Jemarinya yang tampak halus perlahan membuka satu per satu halaman buku. Matanya fokus ke sebuah buku yang berbahasa Inggris. Buku yang dibacanya bertema sain dan teknologi. 

Ia memang gemar membaca buku-buku pengetahuan seperti itu dibandingkan dengan membaca novel atau komik yang biasanya dilakukan oleh remaja sebayanya. 

“As, ajarin soal fisika ini dong. Udah aku coba berkali-kali buat nyari jawabannya tapi nggak ketemu-ketemu juga” seorang gadis berkacamata dan berkepang dua mendekati gadis yang sedari tadi duduk di bawah pohon beringin di depan taman kelasnya.

Gadis yang memiliki nama lengkap Ekalia Aster itu pun berhenti membaca. Perlahan namun pasti gadis yang memiliki rambut hitam sekelam warna malam yang sepanjang bahu dan selalu terikat rapi itu tersenyum kecil dan mengangguk menyetujui permintaan gadis berkacamata dan berkepang dua itu. 

Gadis berkacamata dan berkepang dua itu menghempiri Aster dan tanpa permisi terlebih dahulu langsung duduk di bangku yang terletak tepat di sebelah kanan Aster yang masih kosong. Aster memang sering menjadi tutor bagi teman-temannya yang membutuhkan. Ia dengan suka rela tanpa mengharap imbalan apa pun mengajari apa yang menjadi permasalahan akademik teman-temannya. 

Namun hanya sebagian kecil teman-temannya yang mau memanfaatkan jasa gratis Aster. Hanya mereka yang mempunyai rasa arogansi yang tinggi yang tak mau meminta bantuan Aster. Dan anehnya anggota kelas XI IPA 1 adalah orang-orang yang memiliki rasa arogansi yang tinggi. Kelas XI IPA 1 memang kelas yang secara khusus didesain oleh pihak sekolah menjadi kelas untuk anak-anak yang berada di level di atas rata-rata tidak hanya otak namun juga kedudukan strata keluarganya.

Ini adalah tahun kelima sejak diberlakukannya aturan keberadaan kelas khusus semenjak pergantian kepala sekolah yang diawasi langsung oleh yayasan pemilik sekolah ini. Menurut pandangan kepala sekolah adanya desain kelas khusus yang mendasarkan kemampuan berdasarkan kelas misalnya anak-anak yang memiliki kemampuan unggul dibidang akademis, atletik dan seni dimasukkan ke kelas XI IPA 1 dan untuk yang kurang dari anak-anak IPA 1 dimasukkan ke kelas XI IPA 2 dan seterusnya, membuat seluruh siswa termotivasi untuk berkompetisi untuk dapat masuk kelas yang mempunyai sarana dan prasarana yang lebih lengkap daripada kelas regular yang lain.

Namun pada kenyataannya keberadaan kelas khusus itu tak membuat kompetisi di kalangan siswa menjadi fair tapi keberadaannya membuat sebagian orang merasa lebih berkemampuan daripada orang lain dan menciptakan suatu kelompok anak-anak high level yang angkuh. Sudah menjadi rahasia umum bahwa anak-anak yang berasal dari kelas khusus membentuk grup-grup sendiri dan tak mau membaur dengan kelas lain. Seolah ingin mempertahankan masing-masing pribadi sehingga selama tiga tahun sebagian besar murid kelas IPA 1 tak mengalami pergantian. 
 Dering bel yang bernada to Alice mengalun dengan lembut. 

“Ayo kita kembali ke kelas, bel udah berdering” 

 Aster membersihkan rok seragamnya yang terkena debu di tempat duduk di bawah pohon beringin. 

“Makasih ya, As! tadi udah ngajarin aku” 

 Aster mengangguk sambil tersenyum kecil. Mereka berdua pun berjalan menuju kelas mereka.
 
“Aster”

 Terdengar suara yang sangat familiar di telinga Aster. Suara yang begitu ia rindukan yang kini pemiliknya pergi entah kemana. Aster sadar itu bukan suara milik orang itu, dan mungkin hanya halusinasi seperti biasa. Namun Aster tetap menoleh dan sama seperti biasa tak ada orang di sana. 

“Ada Apa As?” cewek berkepang dan berkacamata itu bertanya saat Aster tiba-tiba berhenti berjalan dan menatap ke arah belakang dengan tatapa kosong.

“Nggak ada apa-apa, hanya suara angin” 

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka. 



Tidak ada komentar:

Visitor simegs

free counters