Selasa, 09 Februari 2010

When I Love You Part 3

Bab 2

Sang dewi malam hadir di antara gemerlap cahaya bintang-bintang yang bersinar di jagad raya tanpa batas. Cahaya bintang-bintang seolah tertutupi oleh kharisma kecantikan sang dewi malam yang mendapat sinar dari sang raja siang. Dewi malam yang tampak mencolok di antara sinar-sinar kecil para bintang berjalan dengan anggun.

 Aster berdiri di depan jendela kamarnya. Ia duduk di jendela yang selalu ia buka dan entah kapan ia memutuskan untuk menutupnya. Matanya menatap sebuah rumah yang berada di seberang jalan yang tampak gelap seperti rumah hantu. Rumah yang cukup besar tanpa seorang penghuni satu pun. Matanya yang sejak tadi menatap jauh ke sebuah kamar yang berhadapan langsung dengan kamarnya kini beralih menatap sang dewi malam.

Jika perasaan yang hampa ini bukan rasa rindu
Lalu apakah arti kata rindu itu?
Jika perasaan yang membuat air mata metes ini bukan patah hati 
Lalu apa arti kata patah hati?
Jika waktu berjalan seperti mengetik di komputer 
Maka aku ingin meng-undo waktu di saat kau bersamaku
Dan akan kukatakan bagaimana perasaanku saat itu
Jangan menghukumku karena kebohongan yang selalu meluncur di bibirku 
Karena kebohongan itu kuucapkan agar kau tetap menatapku
Andai kutahu setelah kepergianmu hatiku sedingin salju
Aku memilih untuk tak pernah mengenalmu dan mengerti apa itu cinta...

Karena kini aku tahu perasaan cinta ini hanya membuat ruang kosong seperti ruang hampa di jagad raya yang tiada batas

“Lagi-lagi duduk di jendela”
seorang gadis remaja yang tampak lebih muda dari Aster muncul di balik pintu kamar dan menghampiri Aster yang duduk di mulut jendela.

“Kakak lagi liat bulan kok”
Aster berdalih untuk menyembunyikan perasaan yang ada di hatinya saat ini.

“Udara malam nggak baik buat tubuh nanti kakak masuk angin, lho. Jendelanya ditutup aja, kak”

“Iya, adikku sayang!. Cepat sana bobok udah malam” Aster menghampiri adiknya dan mendorong adiknya untuk menuju kamarnya sendiri.

“Uh, kakak sendiri nggak tidur malah nyuruh aku tidur duluan” adiknya menolak

“Bentar lagi kakak juga bobok kok, hoamm” Aster berpura-pura menguap.

“Lebih baik kakak ngelupain cowok brengsek itu. Sampai kapan pun ia nggak akan datang. Kakak sendiri tahu kan kalau dia udah ngekhianatin kepercayaan kakak. Kakak terlalu baik untuknya...” 

“Sst”
jari telunjuk Aster menyentuh bibir adiknya

“Kakak tahu apa yang harus kakak lakukan” Aster tersenyum

Sang adik menatapnya dengan penuh simpati. Ada rasa bersalah yang sedikit melukai hatinya. Ia menyesal karena telah mengingatkan rasa sakit hati kakaknya yang saat ini belum juga sembuh meskipun waktu telah berjalan hampir setahun. 

Sang adik tiba-tiba memeluk Aster. Dalam pelukan Aster air matanya mengalir deras meskipun ia menangis tanpa suara. Tubuhnya bergetar hebat. Aster tak bisa melakukan apa-apa selain menepuk bahu sang adik untuk menenangkannya. 

Lagi-lagi aku membuat khawatir. Sudah cukup bagiku untuk bersikap egois, ia yang telah pergi tak mungkin pernah kembali dan meskipun ia kembali ia kembali bukan untukku, ucap Aster dalam hatinya. 

Aster menghela napas panjang dan berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan berubah. Ia berjanji untuk melupakan kepergian orang itu dan tidak membuat siapa pun khawatir.

Aster berjalan menyusuri koridor ruang kelas XII di sekolahnya. Tak biasanya Aster berjalan di koridor kelas XII karena kakak-kakak senior selalu menatap murid kelas XI dengan pandangan apatis namun karena suatu alasan ia memutuskan untuk melewati koridor kelas XII. Jam tangan hadiah dari papanya saat ulang tahun ke enam belas menunjukkan pukul 06.40. 

Hari ini Aster berangkat dua puluh menit lebih lama daripada biasanya. Hal ini terjadi karena kemarin malam Aster menangis semalaman. Di balik wajahnya yang kalem dan terkadang dingin dan pembawaan yang tenang itu sebenarnya Aster sama seperti gadis biasa yang bisa menangis karena cinta. Dan sejak hari ini pula Aster bertekad bahwa kemarin malam adalah air mata terakhir yang ia teteskan untuk kepergian orang itu. 

Aster berjalan dengan menundukkan kepalanya karena matanya sedikit bengkak. Untung saat di rumah papa, mama dan adiknya tidak menyadari perubahan wajah Aster karena saat di rumah ia juga menunduk. 

Drap drap...

Terdengar suara hentakan kaki yang setengah berlari berlawanan arah dengan Aster. Aster yang setengah melamun ditambah lagi berjalan dengan menundukkan kepalanya tidak menyadari kehadiran orang di depannya. Akibatnya Aster bertabrakan dan terjatuh. Lawan tabrakannya juga sepertinya ikut terjatuh karena keseimbangan yang kurang terjaga. 

“Brengsek kalau jalan liat-liat dong!” tukasnya sambil berdiri tanpa membantu Aster sebelumnya.

Aster yang terjatuh pun segera berdiri dengan kemampuannya sendiri. Dan sedikit membungkuk untuk meminta maaf, “Maaf, kak”



Tidak ada komentar:

Visitor simegs

free counters