Selasa, 09 Februari 2010

When The Prince just Look at the Witch

Siapa yang tak mengenal Rossa, cewek yang sering menjadi buah bibir siswa SMA Nusantara. Tidak hanya memiliki wajah cantik tetapi juga memiliki prestasi akademik yang cukup cemerlang. Namun satu hal yang membuatnya dibenci oleh kebanyakan cewek di SMAnya yaitu sifat seenaknya pada Titho, cowok yang setahun ini jadian dengan Rossa.  

“Tadi aku kan sudah bilang, kuahnya dikit aja...nggak pake bawang goreng trus nggak pake tahu!” tukas Rossa di kantin sekolah yang cukup ramai.

Titho hanya diam saja saat Rossa memarahinya. Beberapa pasang mata menatapnya dengan sinis namun Rossa tetap tak mempedulikan tatapan itu. 

“Bego banget sih...” Rossa beranjak dari tempat duduknya.

“Ros, baksonya nggak dimakan?” tanya Titho 

“Makan aja sendiri. Nafsu makanku udah hilang” tukas Rossa sambil berkacak pinggang

Beberapa anak yang melihat adegan itu simpati kepada Titho, terutama Nadya. Ya, cewek yang jadi teman sekelas Titho saat kelas sebelas dulu selalu bersikap care pada Titho.

“Rossa lagi bete mungkin, makanya dia nggak mau makan” kata Nadya yang langsung duduk di samping kursi Titho. Titho menghela napas panjang.

“Ngomong-ngomong...”
Nadya membuka obrolan
“Apa?” Titho bereakasi

“Hari minggu datang ya di pertandingan basket, SMA kita melawan SMA Garuda” ajak Nadya yang memang menjadi anggota klub basket. Posisinya dalam tim adalah sebagai centre. 

“Oke” Titho menjawab

Dering bel tanda berakhirnya jam istirahat tengah mengalun dengan merdu, Nadya dan Titho pun kembali ke kelas mereka masing-masing. Nadya satu kelas dengan Rossa di kelas XII IPA 1 sedang Titho di kelas XII IPA 5. 

Titho datang ke pertandingan basket cewek SMAnya melawan SMA Garuda di lapangan basket SMA Garuda. Tak banyak suporter dari SMAnya. Kebanyakan yang menjadi suporter itu adalah teman-teman Nadya di kelas XII IPA 1. Mereka cukup terkejut dengan kehadiran Titho tanpa Rossa. Maklum selama ini Titho jarang terlihat tanpa adanya Rossa di sampingnya.

“Mana si ratu egoismu itu, Tith” ledek Sari disambut tawa sinis beberapa anak.

“Maksud kalian?” Titho tak mengerti

“Masa sih nggak kenal sama istri sendiri” sindir Sari lagi

“Rossa?” tanya Titho pendek

“Ya iyalah masa ya iya dong dasar ndongndong” 

Sepertinya Sari sangat membenci Rossa, gara-gara peristiwa saat kelas sepuluh yang menggegerkan kelas. Saat itu Sari masih berteman akrap dengan Rossa, Sari pun sering curhat masalahnya secara pribadi. Dan yang menjadi rahasia terbesar adalah perasaan sukanya pada Rega yang saat itu menjabat ketua kelas. 

Rossa memang dekat dengan Rega karena dulu mereka satu SMP. Saat itu entah kenapa dan tiba-tiba, Rossa mengatakan pada Rega kalau Sari menyukai Rega. Tentu saja Rega yang hanya menganggap Sari tak lebih dari seorang teman jadi tak nyaman sehingga saat pulang sekolah Rega mengajak Sari berbicara empat mata di taman belakang.

Rega bilang kalau ia tak bisa menyukai Sari dan ia hanya menganggapnya sebagai teman tidak lebih dari itu. Selain itu juga ia bilang kalau saat ini memiliki seorang pacar. Tentu saja perempuan mana yang tak sakit diperlakukan seperti itu oleh cowok yang disukainya. Apalagi tanpa persiapan.
Saat itu Sari berusaha tegar namun setelah kepergian Rega ia menangis sejadi-jadinya dan disaksikan oleh beberapa teman sekelasnya. Sari bingung kenapa Rega bisa tahu kalau ia menyukainya. Dan saat itu dengan wajah innocent Rossa bilang kalau dialah yang mengatakan pada Rega kalau Sari menyukai Rega. Hati Sari pun terbakar ia pun menampar Rossa, tak terima dengan tamparan Sari, Rossa pun menampar balik dan peristiwa itu sempat menjadi berita utama di gosip sekolahnya. 

“Rossa lagi nggak enak badan”

“Yang bener aja ular betina itu bisa sakit juga, nggak nyangka deh. Atau dia lagi pura-pura sakit karena takut kulitnya jadi item kena matahari?” 

Sontak beberapa anak pun tertawa. 

“Aku nggak tahu seburuk apa hubunganmu dengan Rossa, tapi masa lalu biarkan sebagai masa lalu. Kalian nggak bisa selamanya bertengkar terus”

“Seharusnya kau ngomong gitu ke ratu egois itu tahu, bukannya ke aku!” 

Titho menghela napas panjang, ia tahu kalau ia meladeni omongan Sari nggak akan ada habisnya. Ia pun memilih mengalah dan duduk menyaksikan pertandingan. 

Pertandingan berakhir dengan skor kemenangan di SMA Garuda. Agak disesali memang. Tapi pertandingan itu cukup sengit perbedaan skor hanya dua poin karena masing-masing tim tak ingin kalah dengan mudah. 

“Maaf ya kau jadi melihat pertandingan yang memalukan” kata Nadya dengan wajah yang masih tetap menyesal kenapa ia tak bisa menjaga lawannya di detik-detik terakhir.

“Nggak juga kok, pertandingan yang cukup bagus. Karena kekalahan bukan merupakan kegagalan” kata Titho bijak.

“Nad, kita balik dulu ya... yang semangat ya Nad!” beberapa temannya tersenyum. Senyuman itu disambut dengan senyuman tipis.

“Tunggu sebentar aku mau ganti baju dulu. Ada hal yang pengen aku katakan” kata Nadya yang berlari ke ruang ganti.

Titho pun menunggu, ia menunggu di gerbang SMA Garuda dengan motornya. 

“Maaf lama” Nadya balik dengan tergesa-gesa.

“Nggak apa-apa” jawab Titho yang kemudian turun dari motornya.

“Hmm” Nadya pengen mengatakan sesuatu.
“Aku nggak tahu harus ngomong dari mana, tapi satu hal yang ingin aku katakan adalah aku suka kamu” 

Singg... tak ada jawaban.
Tubuh Nadya tampak gemetar karena nervous. 

“Maaf aku tak bisa menyukaimu”
seketika itu air mata Nadya mengalir dengan deras. Dan itu membuat Titho kelabakan. 

“Maafkan aku!” ulang Titho sekali lagi.
Dan itu membuat Nadya semakin sakit. Titho mengambil mengambil sebuah sapu tangan dan memberikannya pada Nadya. 

Dan tepat saat itu Sari memotret adegan tersebut. Adegan itu terlihat Titho seperti ingin mencium Nadya dari sudut dimana Sari memotret. 

“Bagus juga nih kalo dikirim ke ratu egois itu” Sari pun segera mengirimkan foto ke itu ke nomor Rossa.
Nadya terus menangis, mau nggak mau Titho dengan sabar menunggunya. Ia tak habis pikir cewek yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri itu menangis karena menyukainya.
“Maaf ya aku menyusahkanmu hari ini” kata Nadya yang udah capek menangis. 
Titho hanya menghela napas panjang sambil memandangi awan.
“Apa maksudnya semua ini?” tukas Rossa yang tiba-tiba muncul di hadapan Titho dan Nadya.
“Rossa?” ucap Nadya dan Titho bersamaan. Rossa pun berlari meninggalkan tempat itu.
“Maaf. Aku harus...” namun ucapan Thito dipotong Nadya
“Aku mengerti, cepat sana pergi” 
Titho pun pergi. Nadya menghela napas panjang.
“Menjadi baik dan cantik saja tidak bisa mendapatkan hati sang pangeran karena hatinya telah menjadi milik penyihir” 


Tidak ada komentar:

Visitor simegs

free counters